Perkembangan bioteknologi tanaman di Indonesia diakui oleh para ahli berlangsung secara lamban. Kalaupun ada dilakukan penelitian-penelitian terkait bioteknologi tanaman, itupun baru berlangsung sebatas tingkat penelitian laboratorium di lembaga-lembaga penelitian ataupun universitas.
Ada beberapa faktor penting yang menjadi berpengaruh sehingga menyebabkan bioteknologi tanaman di Indonesia kurang begitu berkembang:
1.Kurang maksimalnya dukungan pemerintah.
Pemerintah sangat berperan penting dalam menyukseskan kemajuan bioteknologi tanaman di Indonesia. Dukungan pemerintah tidak hanya dilakukan sebatas peraturan saja tapi finansial dan peningkatan SDM yang ahli terkait bioteknologi tanaman juga sangat dibutuhkan. Pemerintah China bahkan menginvestasikan anggaran untuk pengembangan biotek tanaman sejak tahun 1990-1999 terus mengalami peningkatan dua ka lipat. Informasi terakhir menyebutkan angka investasi mencapai $ 112.000.000.
Harapan lain bagi peneliti bioteknologi di Indonesia adalah realisasi dari UU No 18/2002 tentang Sistem Nasional Penelitian Pengembangan dan Penerapan Iptek. Dalam UU itu disebutkan bahwa pemerintah pusat, Pemda, dan masyarakat termasuk badan usaha wajib mengalokasikan anggaran untuk penelitian dan pengembangan, baik untuk kepentingan spesifiknya sendiri, maupun kepentingan regional dan nasional. Dengan demikian kendala dana yamg selama ini menghambat kemajuan pengembangan Iptek bisa segera terselesaikan. (Plantus, 2010).
Disisi lain dukungan dari pihak perbankan juga sangat diharuskan. LIPI (2010) menyatakan pengembangan bioteknologi terkendala salah satunya karena kurangnya dukungan pihak perbankan kepada pihak industri yang mengolah produk-produk pertanian.
2. Kurangnya Perlindungan Kekayaan Intelektualitas.
Masih banyaknya produk-produk bioteknologi Indonesia yang tidak dipatenkan telah menyebabkan sebagian produk Indonesia jatuh ke tangan asing. Saat ini banyak paten produk asli Indonesia jatuh di tangan bangsa lain seperti; lebih dari 10 paten mengenai pengolahan rotan terdaftar atas nama USA, paten makanan tradisional tempe dimiliki oleh Jepang, Belanda dan Jerman.
3. Tekanan Global
Isu-isu global yang dihembuskan negara maju seperti isu HAM, demokrasi, lingkungan hidup dapat mengganggu produksi dan perdagangan produk-produk yang berbasis SDA. Juga dalam penerapan standar internasional dan penerapan ISO 14000 tentang manajemen lingkungan hidup, Hazard Analytical Critical Control Point tentang manajemen keamanan pangan dapat merupakan hambatan bagi dunia usaha bioteknologi Indonesia yang belum sepenuhnya siap menghadapi hal tersebut.
4. Pertumbuhan Penduduk Yang Tinggi
Pertumbuhan penduduk Indonesia yang tinggi dapat menjadi beban pemerintah untuk mengembangkan pemenuhan kebutuhan produk-produk pertanian dan kepemilikan lahan.
Faktor-faktor penting tersebut membutuhkan solusi konkret yang paling utama sekali adalah komitmen dari kebijakan pemerintah terhadap pengembangan bioteknologi, khususnya dalam hal pengembangan bioteknologi tanaman.
1.Kurang maksimalnya dukungan pemerintah.
Pemerintah sangat berperan penting dalam menyukseskan kemajuan bioteknologi tanaman di Indonesia. Dukungan pemerintah tidak hanya dilakukan sebatas peraturan saja tapi finansial dan peningkatan SDM yang ahli terkait bioteknologi tanaman juga sangat dibutuhkan. Pemerintah China bahkan menginvestasikan anggaran untuk pengembangan biotek tanaman sejak tahun 1990-1999 terus mengalami peningkatan dua ka lipat. Informasi terakhir menyebutkan angka investasi mencapai $ 112.000.000.
Harapan lain bagi peneliti bioteknologi di Indonesia adalah realisasi dari UU No 18/2002 tentang Sistem Nasional Penelitian Pengembangan dan Penerapan Iptek. Dalam UU itu disebutkan bahwa pemerintah pusat, Pemda, dan masyarakat termasuk badan usaha wajib mengalokasikan anggaran untuk penelitian dan pengembangan, baik untuk kepentingan spesifiknya sendiri, maupun kepentingan regional dan nasional. Dengan demikian kendala dana yamg selama ini menghambat kemajuan pengembangan Iptek bisa segera terselesaikan. (Plantus, 2010).
Disisi lain dukungan dari pihak perbankan juga sangat diharuskan. LIPI (2010) menyatakan pengembangan bioteknologi terkendala salah satunya karena kurangnya dukungan pihak perbankan kepada pihak industri yang mengolah produk-produk pertanian.
2. Kurangnya Perlindungan Kekayaan Intelektualitas.
Masih banyaknya produk-produk bioteknologi Indonesia yang tidak dipatenkan telah menyebabkan sebagian produk Indonesia jatuh ke tangan asing. Saat ini banyak paten produk asli Indonesia jatuh di tangan bangsa lain seperti; lebih dari 10 paten mengenai pengolahan rotan terdaftar atas nama USA, paten makanan tradisional tempe dimiliki oleh Jepang, Belanda dan Jerman.
3. Tekanan Global
Isu-isu global yang dihembuskan negara maju seperti isu HAM, demokrasi, lingkungan hidup dapat mengganggu produksi dan perdagangan produk-produk yang berbasis SDA. Juga dalam penerapan standar internasional dan penerapan ISO 14000 tentang manajemen lingkungan hidup, Hazard Analytical Critical Control Point tentang manajemen keamanan pangan dapat merupakan hambatan bagi dunia usaha bioteknologi Indonesia yang belum sepenuhnya siap menghadapi hal tersebut.
4. Pertumbuhan Penduduk Yang Tinggi
Pertumbuhan penduduk Indonesia yang tinggi dapat menjadi beban pemerintah untuk mengembangkan pemenuhan kebutuhan produk-produk pertanian dan kepemilikan lahan.
Faktor-faktor penting tersebut membutuhkan solusi konkret yang paling utama sekali adalah komitmen dari kebijakan pemerintah terhadap pengembangan bioteknologi, khususnya dalam hal pengembangan bioteknologi tanaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar